Radio
UNTAR – Setiap tahunnya pasti warga Tionghoa didunia merayakan Sincia atau
sering kita sebut Tahun Baru Imlek. Dari ampao,hiasan, pakaian serta
barang-barang untuk sembahyang di dominasi oleh warna merah.
Tau
nggak sih sobat muda,ternyata tradisi ini ada asal mula nya loh. Jadi nih
sobmud, Di Negara asalnya yaitu China dan juga negara yang mayoritas berpenduduk
Chinese seperti Taiwan, Hongkong Perayaan Tahun Baru ini juga
disebut Perayaan Musim Semi, ” Chung Chie atau The
Spring Festival “. Secara resmi perayaan ini kemudian disebut Chinese
New Year (Tahun Baru Chinese).
Nama-nama tersebut digunakan untuk
mengganti sebutan Tahun Baru Lunar sejak setelah revolusi Xinhai pada tahun
1911. Aslinya perayaan musim semi ini adalah warisan masa lampau yaitu ritual La.
Walaupun perayaan musim semi ini jatuh
di setiap hari pertama bulan pertama suatu tahun, namun umumnua perayaan ini
berlangsung sepanjang bulan. Dimulai dengan pesta atau perayaan membuat makanan
semacam bubur spesial yang disebut “La Ba Zhou” pada hari kedelapan bulan
duabelas tahun lunar. Bubur ini disebut juga “Bubur hari kedelapan dar La”
Legenda Perayaan Musim Semi
Menurut legenda, konon pada masa lampau ada seorang pria bernama Wannian.
Suatu hari ia duduk dibawah pohon dan menyadari kalau bayangan pohon bergerak
secara teratur sesuai dengan pergerakan matahari. Berdasarkan pengamatannya,
Wannian membuat semacam pengukur waktu menggunakan tongkat. Namun sayang,
pengukur waktu penemuannya ini hanya berfungsi ketika sinar matahari tidak
sedang tertutup awan pada siang hari dan dimalam hari sama sekali tidak dapat
dipergunakan.
Hal ini memacu Wannian untuk menciptakan suatu alat yang tidak tergantung
oleh sinar matahari. Ia lalu membuat semacam jam dengan mempergunakan sebuah
jar yang diletakkan sedemikian rupa sehingga air di dalam jar tersebut akan
menetes perlahan dengan interval yang dapat diatur.
Diwaktu yang sama, Raja Zuyi sedang cemas karena bencana alam yang melanda negerinya,
Ia yakin banyak penderitaan akibat bencana alam dapat dihindari atau
setidaknya dikurangi efeknya jika saja dia tahu bagaimana memprediksi cuaca.
Salah satu menterinya, A-heng yang ingin mencari muka dihadapan raja malah
mengusulkan raja mengadakan upacara sembahyang pada langit (Tuhan), katanya
Kaisar Giok (Bossnya Dewa-Dewi orang Tionghoa) minta sogokan atau kalau tidak
akan diturunkan bencana. Raja Zuyi menerima usulannya, tetapi bencana alam
tetap saja tidak dapat dihindari.
Ketika Wannian mendengar hal itu, ia segera pergi menemui Raja Zuyi. Ia
menerangkan hasil observasinya mengenai waktu dan perubahan alam kepada sang
raja. Zuyi sangat terkesan sehingga ia segera mendirikan stasiun pengamat cuaca
lengkap dengan alat ukur waktu agar Wannian dapat menciptakan sebuah sistem
kalender demi kepentingan rakyatnya.
Beberapa waktu kemudian, Raja Zuyi menyuruh A-heng untuk memeriksa hasil
pekerjaan Wannian. Menteri tersebut pergi ke stasiun pengamat cuaca dan
menemukan catatan-catatan Wannian di dinding, bahwa satu siklus waktu yang
terdiri dari 360 hari, 12 siklus bulan dan 4 perubahan musim. Agaknya Wanian
hampir merampungkan tugasnya. Khawatir kalau prestasi Wannian akan membuat
dirinya tersingkir dari lingkaran pengaruh Raja Zuyi, kemudian A-heng mengirim
pembunuh bayaran untuk menghabisi Wannian. Namun pembunuh bayaran tersebut
tertangkap sebelum mencelakai Wannian. Ketika Raja Zuyi mengetahui keterlibatan
A-heng dalam rencana pembunuhan tersebut, A-heng akhirnya dihukum pancung.
Setelah itu Raja Zuyi sendiri yang mengunjungi Wannian di stasiun cuacanya.
Wannian menjelaskan bahwa ia telah berhasil menciptakan suatu kalender.
Kebetulan saat itu menurut sistem kalender penemuan Wannian, satu siklus
tahunan akan segera berakhir, karena itu ia meminta Raja Zuyi memilih suatu
tanggal sebagai permulaanatau hari pertama tahun yang baru. Raja Zuyi
berpendapat hari pertama musim semi mestinya tepat untuk dijadikan hari pertama
permulaan tahun baru. Musim semi adalah musim dimana segala sesuatu yang lama
digantikan oleh yang baru, musim dingin telah berlalu, bunga-bunga mulai
bermekaran, tunas-tunas tanaman mulai bertumbuhan.
Itulah awal mula perayaan musim semi atau the spring festival. Perayaan
inilah yang kemudian dirayakan sebagai Chinese New Year atau
di Indonesia dikenal sebagai Tahun Baru Imlek.
Sebagai penghargaan kepada Wannian yang telah menciptakan sistem kalender
yang mempergunakan sistem solar (peredaran matahari), Raja Zuyi memberi nama
kalender tersebut dengan nama ” Kalender Wannian” dan memberi gelar kepada
Wannian sebagai “Dewa Panjang umur” dan memberi amplop merah (angpao) berisi
uang sebagai hadiah menyambut tahun baru.
Saat ini perayaan dilakukan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan. Di
Taiwan dirayakan sebagai Festival Lampion. Di Asia Tenggara dikenal sebagai
hari Valentine Tionghoa, masa ketika wanita-wanita yang belum menikah berkumpul
bersama dan melemparkan jeruk kedalam laut. Dan secara umum saat ini pengucapan
selamat pada perayaan imlek dengan menyebutkan Gongxi Facai (Bahasa Mandarin)
atau Kung Hei Fat Choi (Bahasa Kantonis).
Cap Go Meh melambangkan hari kelimabelas dan hari terakhir dari masa
perayaan Imlek bagi komunitas kaum migran Tionghoa yang tinggal diluar Negeri
leluhurnya, dan sat itu merupakan bulan penuh (purnama) pertama di Tahun Baru
tersebut. (CS/sumber: terselubung.blogspot.com/foto: google)