Penggemar sedikit dibuat terkejut ketika album Minutes To Midnight dirilis, dan tahun ini Linkin Park kembali dengan A Thousand Suns yang memang kehadirannya sudah di tunggu-tunggu. Pada kenyataannya, Linkin Park berusaha untuk tidak membuat album dengan konsep yang sama seperti sebelumnya. Nuansa politik serta kemanusiaan memang sudah terlihat jelas sejak album ketiga dirilis, dan melalui album A Thousand Suns, Linkin Park seolah memperkuat dan menegaskan kembali tema tersebut. Di lain pihak meski dari segi musikalitas yang berbeda meski tidak jauh (atau terlalu jauh?), A Thousand Suns terdengar lebih suram, gelap dan eksperimental tentunya. Rick Rubin yang juga sebelumnya menggarap album ketiga dan Mike Shinoda sekaligus member LInkin Park yang telah memproduseri beberapa album Linkin Park sebelumnya, bekerja sama kembali dalam A Thousand Suns. Adapun personil yang tergabung saat ini antara lain Chester Bennington pada vokal, Rob Bourdon pada drum dan pekusi, Brad Delson di posisi lead guitar, David “Phoenix” Farrell pada bass, Joseph “Mr.” Hahn di posisi turntables, programming, samples, dan terakhir Mike Shinoda, pada vokals, rhythm gitar, dan keyboard.
Musik alternative rock/nu metal yang disuguhkan kali ini, selain mengandalkan synthesizer seperti sebelumnya, Linkin Park juga mencoba bermain di beat-beat lain yang tidak terdapat di album sebelumnya,
yakni electronic. Hemm bagaimana musik yang dihasilkan? Dari 15 buah track yang diberikan, 6 di antaranya merupakan interlude musik yang berisikan instrumen, vokal serta pidato politik. Sebut saja “The Requiem” dua menit intronya tedengar gelap dan diisi vokal wanita, berlanjut dengan pidato politik pada “The Radiance” hingga masuk pada track pertama “Burning in the Skies” musik yang diberikan yakni midtempo electro yang sedikit berbeda dan tidak seperti di album-album sebelumnya. Entah mengapa pada album ini 40 persen isinya interlude, seperti “Empty Spaces” 18 detik pada intronya untuk menuju “When They Come for Me”, Yap! pada track ini Linkin Park kembali dengan roots semula, track yang sarat dengan nuansa politik ini menampilkan alunan rap Mike Shinoda. Buat yang kangen dengan nuansa album Meteora, “Robot Boy” sekilas mengingatkan pada track “From The Inside”“Jornada del Muerto” menjadi interlude yang cukup gelap ke empat dan berlanjut dengan track down tempo yang menjadi single kedua “Waiting for the End”, namun akan sedikit aneh mendengar “Blackout” dimana musik yang dimainkan merupakan perpaduan antara electronic dan synthesizer, teriakan vokalis seperti biasa tedengar menyayat seperti mengungkapkan kemarahan yang patut dilepaskan. “Wretches and Kings” saya kembali diingatkan akan track Points Of Authority, dimana pada intronya diisi pidato Martin Luther King Jr. Berlanjut dengan interlude pidato “Wisdom, Justice, and Love” dan mebawa pada “Iridescent” dimana track ballad electronic ini cukup menjadi track yang bisa di bilang sedikit rileks, dan tentunya akan langsung menjadi favorit.
“Fallout” menjadi interlude yang menampilkan suara robot merupakan perpaduan yang pas menjadi jembatan menuju “The Catalyst”, track yang dibuka dengan suara organ, dipadu dengan electro dan synthesizer sama seperti “Blackout”, perpaduan instrumen yang meski terdengar sedikit memaksa, tetapi track yang menjadi single perdana di album ini memiliki upbeat tempo, menghentak dan pastinya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyukai track ini. Penutup, “The Messenger” merupakan single ballad accoustic, piano dan Chester bernyanyi dengan penghayatan dan vokal yang maksimal.
Sejauh ini, A Thousand Suns merupakan album Linkin Park dimana mereka tidak mau bermain dan berada di zona aman saja. Ya memang eksplorasi di butuhkan, meski pada akhirnya banyak penggemar yang suka atau tidak suka. A Thousand Suns memiliki perpaduan musik yang beragam yang tidak didapat pada album mereka sebelumnya, namun meramu mejadi ketiga album sebelumnya menjadi album keempat ini. Toh pada kenyataanya semenjak album ketiga sebelumnya, Linkin Park memang memberikan suatu kejuatan yang tidak bisa diduga oleh siapapun. Pada akhirnya kembali ke telinga penggemar masing-masing, walau nanti pada akhirnya tidak sukses secara komersil, tetapi yang perlu di ketahui selain musik yang disuguhkan, tema album juga yang membuat A Thousand Suns berbeda dengan album-album mereka sebelumnya, bisa dibilang Linkin Park mencoba semakin dewasa dan matang dengan konsep album yang diusungnya sekarang, dan tentunya sedikit menyegarkan.
Official Website
(Joe Ari Shasta / CreativeDisc Contributors)
Official Website
(Joe Ari Shasta / CreativeDisc Contributors)
Sumber : Creativedisc.com