Kenny G. |
Kenny Bruce Gorelick atau yang lebih dikenal dengan nama Kenny G. memang namanya tak berkumandang seperti saat sekitar 20 tahun yang lalu. Namun sebagai saxophonist, Kenny G. memang tidak bisa dianggap remeh. Ia merupakan salah satu instrumentalis dengan penjualan tertinggi di dunia. Kemampuannya menyuarakan saxophone dengan teknik circular breathing sangat mencengangkan. Kenny G bahkan mampu menempatkan dirinya sebagai pemegang rekor dunia di tahun 1997 dengan melagukan nada E rendah dengan saxophone selama 45 menit 47 detik. Bayangkan meniup saxophone tanpa jeda untuk mencuri napas dengan teknik pernapasan biasa, tentu takkan sanggup mencapai rentang waktu sepanjang itu. Rasanya hanya Kenny yang sanggup melakukannya.
Pertengahan tahun ini, Kenny G yang pernah menjadi salah satu pendukung Barry White Love Unlimited Orchestra saat masih duduk di bangku SMU, meluncurkan album ketigabelasnya, Heart and Soul.
Sejujurnya sempat terlintas dalam pikiran, bagaimana membuat musik Kenny G terdengar lebih relevan dengan khasanah musik kontemporer saat ini. Musik Kenny G dikenal dengan gaya smooth jazz, musiknya yang terdengar kupinggenic, merdu merayu sekaligus menenangkan dalam balutan melodi yang lembut. Dan saya menemukan jawabannya lewat album ini. Musik Kenny G memang tidak gegap gempita dan meriah seperti yang sedang fashionable saat ini dengan Gaga-isme. Jika Gaga berhasil
membuat kontroversi dengan penampilannya, begitu juga halnya Kenny G dengan musiknya. Kenny G telah lama menjadi bahan olok-olok para pecinta jazz karena kesuksesannya sebagai instrumentalis menjual berjuta-juta keping album dalam ranah pop. Tiga dekade yang lalu memang belum mengenal istilah crossover, seperti saat ini. Jadi mungkin terasa aneh jika musisi -saya lebih suka menyebutnya semi-jazz menjual album sedemikian laris.Tetapi dengan kelembutan musiknya, Kenny G mampu menyentuh hati para pendengarnya. Kenny G memang dengan musikalitasnya telah mencapai posisi dimana ia telah menjadi monument dengan identitasnya sendiri. Bukan berarti ia kekurangan eksplorasi dalam musik. Ia hanya kembali ke akar musik yang telah membesarkannya. Kenny G dan saxophone Selmer Mark VI Soprano-nya konsisten bereksplorasi di akar musiknya tersebut.
“Musik bukanlah sesuatu yang dapat begitu saja dikategorisasi dan dihakimi. Musik ada sebagaimana ia ada, sejauh sang musisi memainkannya dengan alasan yang tepat, bukan untuk ketenaran dan kekayaan. Jika Anda dilahirkan untuk bermain musik, menulis lagu atau menyanyi. Saat Anda melakukannya, Anda akan merasa bahagia dan yakin Anda sudah melakukannya dengan tepat. Aku bangga dengan apa yang sudah kukerjakan. Aku ingin musikku terasa tepat seperti yang aku inginkan. Tetapi jika orang tidak menyukai musikku, setidaknya aku menyadari aku telah melakukan pekerjaan yang baik dan aku dapat berdamai dengan diriku sendiri.”
Album yang dikerjakan dengan produser kenamaan dan bertangan dingin, Walter Afanasieff berisikan 12 lagu. Dalam salah satu wawancara Kenny mengungkapkan, “Saat aku mengenang masa SMU-ku dulu, masa dimana karir musikku bermula, aku merasakan sesuatu yang istimewa. Albumku kali ini merupakan dedikasi untuk perasaan istimewa itu.” Nuansanya sendiri lebih kental dengan R&B.
Album ini dibuka dengan tembang ‘Heart and Soul’, sebuah balada yang terasa kontemporer dengan imbuhan digital drum pada latarnya. Dilanjutkan dengan ‘Déjà Vu’ yang sedikit lebih riang. ‘Déjà Vu’ yang dibawakannya kali ini bukanlah versi yang dipopulerkan oleh Dionne Warwick. Nuansa R&B juga ditegaskan dengan Kenny mengikutsertakan Robin Thicke serta Kenny BabyFace Edmonds. Kenny yang telah mengenal Robin sejak Robin masih remaja mengajaknya berkolaborasi karena ia merasa vokal Robin yang penuh emosi dan berjiwa merupakan kombinasi yang tepat dengan saxophone-nya untuk kesempurnaan nada-nada dalam album ini. Dan memang lagu lawas ‘Fall Again’ ini terdengar begitu memikat. Sebuah penyatuan yang sempurna dan saling melengkapi.
‘Letters From Home’ memberikan nuansa yang berbeda dalam kesederhanaan dengan iringan petikan gitar yang dipadukan dengan sesekali diimbuhi oleh alunan biola. Selain ‘Letters From Home’, Kenny juga tampil dengan orkestrasi lewat ‘The Promise’ dan One Breath’. Vokal lembut BabyFace berpadu dengan alunan sax Kenny, meski tak seindah kolaborasi dengan Thicke, namun nuansa musiknya justru terdengar lebih segar. Kesan megah lewat sentuhan orkestrasi kembali dipilih Kenny untuk ‘My Devotion’.
Setelah sekian komposisi dengan tempo sedang cenderung lambat, maka dalam ‘G-Walkin’ Kenny berhasil mengangkat keriangan dengan tembang yang up-beat dengan sentuhan permainan bass yang memikat dipadukan digital drum. Sementara lewat ‘Sunrise’ alunan sax Kenny terasa melankolis. Sementara pada ‘Encore’ Kenny menanggalkan sopran sax-nya dan memainkan tenor sax dengan dinamis dalam keriangan yang terasa ngepop dan terasa retro 80-an.
‘After Hour’ menjadi penutup manis dengan nuansa yang menjadi ciri khas Kenny G, smooth jazz. Di tembang inilah improvisasi yang dinamis dan kemampuan Kenny G. yang sesungguhnya ditampilkan.
Official Website Kenny G
(Timmy / CreativeDisc Contributors)
Sumber : Creativedisc.com